AWPF dan Kedutaan Besar Selandia Baru Perkuat Kolaborasi untuk Pemenuhan Hak Asasi Perempuan

Banda Aceh, 23 September 2025. Aceh Women’s for Peace Foundation (AWPF) memenuhi undangan makan malam dan diskusi bersama perwakilan Kedutaan Besar Selandia Baru di Banda Aceh pada Selasa, 23 September 2025. Pertemuan ini menjadi ruang dialog strategis untuk memperkuat kerja sama dalam isu pemenuhan hak asasi perempuan, pemberdayaan perempuan, serta penguatan perlindungan terhadap penyintas kekerasan di Aceh dan Indonesia secara luas.
Silaturahmi tersebut merupakan rangkaian komunikasi dan kolaborasi yang telah terjalin sejak tahun 2020 antara AWPF dan Kedutaan Besar Selandia Baru. Selama lima tahun kemitraan, kedua pihak telah menunjukkan komitmen berkelanjutan dalam mendukung inisiatif keadilan gender, penguatan kapasitas perempuan akar rumput, serta advokasi kebijakan yang berpihak pada perempuan dan kelompok rentan.

Delegasi Kedutaan Besar Selandia Baru yang hadir dalam pertemuan ini terdiri dari: Ibu Giselle – Deputy Head of Mission, Ibu Ema – First Secretary Political, Bapak Tim – Counselling Migration Officer dan Bapak Awan – Perwakilan tim diplomatik
Dalam sambutannya, Ibu Giselle menyampaikan bahwa Selandia Baru berkomitmen untuk terus bekerja bersama organisasi masyarakat sipil dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan kesetaraan gender. “Kami percaya kerja-kerja perubahan sosial harus dilakukan bersama komunitas lokal. Kami melihat AWPF sebagai mitra yang memiliki visi kuat untuk membangun keadilan dan kesetaraan bagi perempuan di Aceh,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur AWPF, Ibu Irma Sari, menekankan pentingnya kemitraan internasional yang berlandaskan solidaritas dan keberpihakan pada nilai kemanusiaan. “Kolaborasi dengan Kedutaan Besar Selandia Baru sejak tahun 2020 adalah bentuk kepercayaan yang sangat kami hargai. Dukungan ini memperkuat kerja-kerja kami dalam membantu perempuan di wilayah pascakonflik, penyintas kekerasan, perempuan muda, dan kelompok rentan lainnya. Kami ingin memastikan bahwa tidak ada perempuan yang tertinggal dalam proses pembangunan dan perdamaian,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa AWPF akan terus memperluas ruang advokasi, pendidikan masyarakat, dan pendampingan hukum bagi perempuan yang menghadapi diskriminasi dan kekerasan. “Kerja kami bukan hanya soal program, tapi soal memastikan keadilan dan perlindungan menjadi hak setiap perempuan. Itu adalah komitmen kami,” ujar Irma Sari.
Pertemuan ditutup dengan makan malam bersama dalam suasana hangat dan penuh kekeluargaan. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan kerja sama pada tahun 2025–2026 melalui inisiatif bersama yang berfokus pada pemulihan penyintas, pemberdayaan perempuan di tingkat komunitas, serta mendorong kebijakan yang berperspektif gender melalui pendekatan multipihak.


Direktur AWPF Hadiri ASEAN Civil Society Conference di Kuala Lumpur, Bahas Isu Kemanusiaan Kawasan

Kuala Lumpur, 15 Oktober 2025 – Direktur Aceh Women Peace Foundation (AWPF), Irma Sari, menjadi salah satu peserta dalam ASEAN Civil Society Conference (ACSC) yang berlangsung pada 14–15 Oktober 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kegiatan ini diikuti oleh ratusan perwakilan organisasi masyarakat sipil dari seluruh negara anggota ASEAN yang fokus pada isu perdamaian, hak asasi manusia, dan keadilan sosial di kawasan Asia Tenggara.

Dengan mengusung tema “ASEAN Hidden”, konferensi ini menyoroti beragam persoalan kemanusiaan yang kerap tersembunyi di balik narasi stabilitas kawasan. Dalam sesi utama, HE. Edmund Bon Tai Sin, Ketua ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR), menyampaikan pandangan kritis terhadap kondisi hak asasi manusia di beberapa negara ASEAN, termasuk krisis kemanusiaan yang terus berlangsung terhadap etnis Rohingya di Myanmar serta berbagai pelanggaran HAM di negara lain di kawasan ini.

Dalam forum tersebut, Irma Sari menyampaikan pentingnya peran masyarakat sipil, khususnya kepemimpinan perempuan, dalam memperjuangkan nilai kemanusiaan lintas batas negara. “Kita perlu memperkuat solidaritas masyarakat sipil ASEAN agar suara kelompok rentan — perempuan, anak, dan pengungsi — tidak tenggelam dalam kebijakan politik regional,” ujarnya.

Selain menjadi ajang berbagi pengalaman dan strategi advokasi, konferensi ini juga membuka ruang dialog antara organisasi masyarakat sipil dengan perwakilan lembaga resmi ASEAN. Beberapa isu utama yang dibahas meliputi pengungsi lintas negara, krisis iklim, kebebasan berekspresi, serta keadilan sosial dan gender.

Partisipasi AWPF dalam konferensi ini menjadi bagian dari komitmen lembaga untuk terus memperjuangkan perdamaian, kesetaraan gender, dan pemenuhan hak asasi manusia, baik di Aceh, Indonesia, maupun di kawasan Asia Tenggara secara lebih luas.

 


Panen Jagung Ketiga Kelompok Perempuan Dedingin Celala Berhasil, Dukung Kemandirian Petani Perempuan Gayo

Bener Meriah, 27 Oktober 2025 – Kelompok Perempuan Dedingin Celala yang berada di salah satu kampung di wilayah Gayo, yaitu kampung kute tanyung Kabupaten Bener Meriah, kembali meraih keberhasilan dengan melaksanakan panen jagung ketiga pada Senin (27/10/2025). Program pertanian jagung ini didukung sepenuhnya oleh Aceh Women’s for Peace Foundation (AWPF) sebagai upaya memperkuat kemandirian ekonomi perempuan di daerah pedesaan.

Panen yang berlangsung di lahan pertanian milik kelompok ini menunjukkan hasil yang memuaskan. Jagung yang dipanen tampak berkualitas baik dan mengalami peningkatan produksi dibanding panen sebelumnya. Hal ini menjadi bukti keberhasilan pendampingan yang dilakukan AWPF melalui program pemberdayaan perempuan petani.

Ketua Kelompok Perempuan Dedingin Celala ibu Syamsuriah, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan bangga atas keberhasilan panen kali ini.

“Kami sangat senang dan bersyukur bisa kembali panen. Ini sudah panen yang ketiga, dan hasilnya sangat memuaskan. Berkat kerja sama dan semangat ibu-ibu di kelompok kami, kami bisa membuktikan bahwa perempuan juga mampu mengelola pertanian dengan baik,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Aceh Women’s for Peace Foundation (AWPF) menyampaikan apresiasi atas komitmen kelompok perempuan yang terus aktif mengembangkan kapasitas mereka di sektor pertanian.

“Kami sangat bangga dapat mendampingi perempuan-perempuan hebat yang bekerja sebagai petani ini. Program ini bukan hanya soal hasil panen, tetapi tentang membangun kemandirian ekonomi dan meningkatkan kepercayaan diri perempuan agar lebih aktif berperan dalam pembangunan desa,” katanya.

Program pertanian yang dijalankan oleh AWPF ini tidak hanya fokus pada pembiayaan, tetapi juga memberikan pelatihan teknis pertanian, pengelolaan kelompok, serta penguatan kapasitas perempuan dalam usaha ekonomi produktif.
Keberhasilan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi kelompok perempuan lainnya di Aceh untuk terus aktif meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui usaha bersama dan kerja kolektif berbasis komunitas. Kelompok Dedingin Celala juga berencana memperluas lahan garapan serta mengembangkan produk turunan jagung agar memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Panen jagung ketiga ini menjadi momentum penting bahwa perempuan pedesaan mampu bangkit dan berdaya ketika diberi ruang, kesempatan, dan dukungan.

 

 


AWPF Gelar Diskusi Terfokus dengan Kaum Milenial di Kabupaten Pidie

www.awpf.or.id | Banda Aceh – Aceh Womens for Peace Foundation gelar acara Diskusi dengan jaringan milenial di sebuah caffe tepatnya pusat kota sigli, Aceh (07\09\2024).
Diskusi Terfokus Aceh Womens for Peace Foundation (AWPF) dengan Mahasiswa Unigha, Al Hilal dan Kader HMI di Wilayah Pidie Aceh guna meningkatkan kesadaran para pemuda dalam menangkal issue-issue yang sedang berkembang di tengah masyarakat hari ini.
salah satunya issu terkait keberadaan pengungsi rohingya yang ada di aceh saat ini. pasalnya hal ini sekarang sangat menarik perhatian berbagai pihak dan berita berita yang tidak tahu sumber akarnya juga tersebar di kalangan muda.
Maka dengan itu, kita dari AWPF memberikan pemahaman kepada kaum muda agar sudi kiranya bersama menangkal hoax dan mencari tahu apa yang bisa kita bergerak bersama dalam menangani pengungsi rohingya di kabupaten Pidie, Aceh, Ujar Irma selaku direktur AWPF. (*)

AWPF Lakukan Kegiatan Akademi Digital Lansia Di Ateuk Pahlawan

Laporan  : Aduen Alja

Awpf.or.id | Banda Aceh – Aceh Womens for peace foundation bekerjasama dengan Tular Nalar Mafindo melaksanakan kegiatan Akademi Digital Lansia di Gampong Ateuk Pahlawan Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh pada 20/07/2024.

Kegiatan ini diikuti oleh para lansia berjumlah 100 orang dari kelompok ibu PKK Ateuk Pahlawan Banda Aceh, kegiatan ini berlansung lancar dan sukses di kantor Geuchik setempat.
AWPF adalah sebuah lembaga yang bergerak dibidang dan konsep pemberdayaan perempuan. Yayasan Perempuan ini sudah berjalan lama dan beralamat di dusun Labui kampong kita tercinta ini.

Dalam laporan PIC, Aljawahir mengajak semua yang mengiuti proses ini agar terus menyampaikan informasi yang didapat ke yang lainya.

“ini sangat penting dan berguna, perlu kami sampaikan bahwa yang hadir dalam kegiatan ADL Tular Nalar Mafindo ini adalah orang terpilih dan yakinlah ilmu yang didapatkan nanti juga berbeda dengan kegiatan lainnya. Maka sebagai laporan awal kami tegaskan 100 orang ini harus siap berkontribusi untuk warga yang tidak hadir kemari dan wawasan stop Hoax harus kita kampanyekan menyeluruh” Ujarya.

Sementara itu, Direktur AWPF Irma Sari menjelaskan tentang keberadaan Lembaga AWPF ditengah-tengah masyarakat saat ini. AWPF selama ini konsen terhadap isu-isu pemenuhan hak hak perempuan, kemandirian ekonomi perempuan, mendampingi korban-korban kekerasan baik KDRT maupun pelecehan seksual, penguat kapasitas kaum perempuan dan berbagai macam diskusi lainnya yang menyuarakan stop kekerasan terhadap perempuan.

“Salah satunya acara yang kita inisiasi Bersama Tular Nalar Mafindo hari ini juga bermanfaat bagi kaum perempuan yang ada di gampong Ateuk Pahlawan ini. Maka kami harap proses ini harus betul-betul dilalui sampai dengan selesai” Jelas Irma.

Terpenting adalah gagasan yang dibawa oleh Awpf konsep damai dalam penuh kesejukan dalam menghargai kaum perempuan dalam kehidupan tatanan sosial saat ini dan terus mengadvokasi kebijakan-kebijakan yang masih terbelenggu ditangan penguasa lokal maupun nasional saat ini.

Selain itu, acara akademi digital Lansia ini bertujuan untuk mencegah terpaparnya berita bohong (Hoax) atau ipeungeut atau ditipe kalau dalam bahasa Aceh. Terutama pendidikan ini kita berikan untuk para ibu-ibu dan juga anak-anak muda yang baru saja meranjak dewasa. Apalagi jelang pemilihan kepala daerah ada banyak berita yang tersiarkan dari sumber-sumber tidak jelas sehingga dengan mudah data pribadi kita diretas oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Kendati demikian, Ibu Fitriah,SH yang mewakili perangkat gampong dalam sambutan pembukaan ia mengapresiasi kegiatan ini. “ini sangat menarik dan sangat penting untuk kita bedah. Apalagi kaum ibu-ibu saat ini sering terpapar hoax dan berita simpang siur, maka dengan kegiatan ini bisa mengantisipasi hal hal yang membahayakan kedepan’, Ujarnya.

Usai acara seremonial selesai, semua kaum perempuan berpose Bersama dan mengikuti alur fasilitatior hingga acara selesai. (*)


Di Bener Meriah, AWPF Bersama Perempuan Akar Rumput peringati IWD

Bener Meriah – Aceh Women’s for Peace Foundation, (AWPF) Bersama kelompok perempuan akar rumput di kabupaten Bener Meriah adakan peringatan  internasional Women’s Day dan peluncuran konsep mekanisme perlindungan terhadap perempuan yang bertempat di Aula Rembele Homestay kecamatan Bukit daerah setempat.

Acara yang dihadiri 70 peserta keterwakilan dari berbagai pihak sekabupaten bener meriah ini di buka langsung oleh Pj Sekretaris Daerah setempat bapak khairmansyah.

Dalam arahan pembukaan acara, sekda mengapresiasi kerjaan Aceh Women’s for Peace Foundation yang saat ini sudah mencapai tahun ke tujuh di kabupaten penghasil kopi ini.

“Atas nama pemerintah daerah kabupaten Bener Meriah, kami sangat mengapresiasi kerja-kerja nyata AWPF di Kabupaten kami ini, kedepannya kita siap mensupport dan melakukan koordinasi atas berbagai macam persoalan yang menimpa perempuan. Perlu diketahui persoalan yang terjadi saat ini bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi tanggung jawab kita semua, dalam hal ini AWPF telah membantu pemerintah menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan, Ujarnya

Maka oleh sebab itu, Kami selain mengapresiasi juga mengucapkan terimakasih kepada AWPF dan harapan kami agar terus berada di Kabupaten Bener Meriah melakukan pendekatan yang kiranya ada banyak manfaat yang diterima oleh masyarakat secara luas, Tambahnya

Kendati demikian, dalam sambutan Direktur Aceh Women’s for Peace Foundation Irma Sari, S.HI menyebutkan bahwasanya tim AWPF sudah berada di Bener Meriah selama kurun waktu tujuh tahun guna melakukan penguatan kelompok perempuan akar rumput dalam upaya pemenuhan hak-hak perempuan, baik yang menjadi korban maupun pendamping korban dimana kasus kekerasan terhadap perempuan terus meningkat.

Kita hadir membawa visi perdamaian, menolak segala bentuk kekerasan dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kesetaraan.

“AWPF saat ini meminta dukungan dari multipihak agar apa yang sedang kita kerjakan bersama bisa membawa manfaat bagi Masyarakat khususnya Perempuan. Kita juga terus mendorong perempuan berani menyuarakan hak-hak nya, Demikian Irma Sari.

Acara ini juga dimeriahkan dengan pelepasan balon udara dalam momentum perayaan Internasional Women’s Day tahun 2024. (*)


Temui Pihak Pemda Bener Meriah dan Majelis Adat, AWPF Bahas Sejumlah Issue Serius

Bener Meriah – Aceh Womens for Peace Foundation gelar pertemuan dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Majelis Adat Gayo. pertemuan itu berlangsung di dua tempat kabupaten setempat.

dalam discusi dengan dinas Pemberdayaan Perempuan, keduanya bersepakat untuk kedepannya bervolaborasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan AWPF di kabupaten penghasil kpi tersebut.

Jaswin selaku kepala dinas mengapresiasi AWPF telah mau duduk berdiskusi dan memaparkan berbagai macam program yang telah dilakuan selama kurun waktu tujuh tahun bersama kelompok perempuan akar rumput.

“kami sangat mengapresiasi dan berterimakasih kepada pihak AWPF yang telah memilih Wilayah kabupaten Bener Meriah untuk melakukan pendampingan, besar harapan kami ini terus dibina dan jika ada yang bisa kolaborasi kedepan, atas nama pemerintah Bener Meriah siap mendukung dan membantu AWPF untuk lebih maju bersama kaum ibu-ibu disini, Jelasnya.

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh ketua majelis adat gayo (MAG) terkait penanganan kasus yang menimpa perempuan di daerah setempat.

Dirinya menyebutkan bahwa di tanoh gayo khususnya bener meriah jikalau ada kasus yang dilaporkan melalui MAG, kita selalu mengedepankan musyawarah dan mengajak untuk kembali rukun dalam membina rumah tangga dan menjalani aktivitas sehari-hari.

AWPF Gelar Diskusi dengan Majelis Adat Gayo di kecamatan Bukit kabupaten Bener Meriah. (*)

kemudian pihak MAG juga mengajak semua akan ikut terlibat jika ada kasus yang menimpa warga Bener Meriah. kita akan panggil petuwe dan reje kampung serta walinasab untu menyelesaikan perkara bersama kami di MAG, insya Allah banyak yang dapat dimediasi selama tidak melakukan kekerasan yang menimbulkan ancaman pidana. (*)


AWPF Teken MoA dengan Program Studi KPI UIN Ar-Raniry

www.awpf.or.id | Banda Aceh – Telah dilakukan penandatanganan Memorandom of Agreement (MoA) atau perjanjian kerja sama antara Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh dengan Yayasan Perempuan untuk Perdamaian atau Aceh Womens for Peace Foundation (AWPF) di Aula Gedung Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Banda Aceh, Minggu (10/12/2023).

Penandatanganan naskah ini dilakukan langsung oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Prof Dr Kusumawati Hatta, MPd dan ketua AWPF, Irmasari disaksikan Ketua Prodi KPI UIN Ar-Raniry, Syahril Furqany.

Kaprodi KPI UIN Ar-Raniry, Syahril Furqany, mengatakan bahwa dengan adanya kerja sama dan penandatangan MoA tersebut, Prodi KPI bisa menambah relasi dalam implementasi kegiatan. Dengan adanya kolaborasi dengan berbagai pihak, Prodi KPI bisa menyasar lebih banyak kebermanfaatan, baik itu kepada dosen, mahasiswa dan masyarakat.

“kegiatan yang dilakukan seperti hari ini memiliki kebermanfaatan yang dapat dirasakan langsung oleh mahasiswa. Misalnya literasi digital yang didukung oleh Mafindo dan Tular Nalar. Kedepan kita akan melaksanakan kegiatan literasi digital kepada lansia, agar terhindar dari hoaks,” kata Syahril

Jalinan kerja sama lanjut Syahril, dilakukan untuk mengajak masyarakat memberantas hoaks, lebih bijaksana dalam penggunaan media sosial, kemudian melakukan kampanye serta pendidikan kepada pemilih pemula sebagai upaya membangun kesadaran publik.

Sementara itu, ketua AWPF, Irmasari menjelaskan, awalnya AWPF hanya ingin melaksanakan pelatihan sekolah kebangsaan Tular Nalar dan ingin bekerja sama dengan Prodi KPI UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Namun, ketua Prodi KPI UIN Ar-Raniry, Syahril Furqany, Menyarankan kepada ketua AWPF untuk membuat perjanjian MoA.

“Jadi, beliau mengatakan bahwa AWPF bukan hanya menyelenggarakan kegiatan ini saja, kalau bisa berkesinambungan. Bukan hanya sebatas kegiatan Sekolah Kebangsaan ini saja, namun ada kegiatan-kegiatan yang lain, yang diikat dalam kerja sama, untuk tahap ini jangka waktunya lima tahun,” jelas Irmasari.

Irmasari juga menambahkan, setelah penandatanganan MoA ini, AWPF akan terus membangun kerja sama dengan Prodi KPI UIN Ar-Raniry dengan beberapa Progress dan rencana yang akan dibangun kedepan.

“Ini adalah kegiatan bersama pertama kita antara AWPF dan Prodi KPI UIN Ar-Raniry. Untuk rencana kedepannya akan dibicarakan lebih lanjut, seperti dapat mengisi kelas di Prodi KPI, selanjutnya juga dilakukan literasi digital kepada lansia,” pungkas Irmasari. (*)


AWPF Gandeng Prodi KPI UIN Ar-Raniry Laksanakan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0

www.Awpf.or.id | Banda Aceh – Aceh Women’s for Peace Foundation Bekerjasama dengan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh gelar ” Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0″ yang bertempat di Aula BKKBN Aceh pada Minggu 10 Desember 2023.

Kegiatan ini berlangsung sehari penuh dibagi dalam dua sesi. Seratusan mahasiswa yang berasal dari berbagai kampus yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar sangat antusias untuk mengikuti acara ini hingga selesai.

Hadir juga dalam acara Program sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0″ ada 10 fasilitator Terbaik yang sudah mengikuti ToT sebelum acara ini berlangsung. Tujuannya adalah hari ini kesepuluh fasilitator tersebut memberikan pemahaman seputar informasi terkait pemilu, Demokrasi, Penginderaan Hoaks dan Waspada Sanksi.

Terpantau media, seratusan lebih mahasiswa atau GenZ mendapatkan pengalaman terbaru terkait hal yang sedang ngetren saat ini, apalagi jelang tahun politik inti minim sekali pendidikan yang sosialisasikan kepada generasi muda khususnya pemilih pemula, nah dengan adanya sekolah Kebangsaan ini mereka sadar bahwa mereka sekarang sangat penting mempelajari dan memahami ilmu terkait pemilu dan waspada hoaks yang sudah sangat merajalela di Aceh saat ini.

Dalam Sambutan Direktur AWPF Aceh, Irma Sari, SHI mengajak semuanya untuk lebih belajar ilmu terkait perkembangan digitalisasi saat ini. Proses yang kita hadapi belajar hari ini tentunya sangat berguna untuk masa yang akan datang. Tentunya kita mengajak semua mahasiswa atau GenZ untuk berperan aktif memberantas hoaks dan belajar literasi digital untuk kita menghadapi tantangan global saat ini.

Program Sekolah Tular Nalar ini adalah program yang di inisiasi oleh Mafindo untuk seluruh Indonesia. Aceh saat ini sudah kali ke 7 melaksanakan kegiatan ini. Tentunya ini adalah suatu upaya kita guna untuk melindungi generasi kita agar tidak terpapar hoaks dan memahami konsep demokrasi yang sudah di ambang pintu 2024 mendatang.

Kita berharap kerjasama ini terus berlanjut dan kedepannya kita bersama FDK khususnya Prodi KPI siap bersinergi serta berkolaborasi dalam berbagai kegiatan pengabdian, pendidikan dan penelitian.

Sementara itu, Ka.Prodi KPI UIN Ar-Raniry Syahril, M.I.Kom mengapresiasi acara hari ini. Dirinya mengatakan bahwa ini sangat cocok dengan prodi KPI, dimana kita juga punya tugas selain komunikasi dan penyiaran Islam kita juga dituntut untuk belajar tentang komunikasi politik. Apalagi kita melihat 2024 ini adalah pemilih pemula atau anak muda mencapai angkat tertinggi dibandingkan yg lainnya.

Artinya hari ini anak muda harus betul-betul terlibat aktif dalam proses pembelajaran terkait seputar pemilu, demokrasi, Pengindraan hoaks dan waspada sanksi. Pada intinya atas nama Prodi KPI berterimakasih kepada AWPF yang sudah mengajak untuk kerjasama dan kedepannya kita juga akan bersama-sama dalam beberapa kegiatan yang kiranya di anggap cocok dan konsen terhadap ilmu yang kita terapkan dikampus.

Acara ini dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Kusmawati Hatta, M.Ag. dalam arahan pembukaan ia menyebutkan bahwa saat ini hoaks sudah tidak pandang bulu lagi. Semua sudah terpapar termasuk lingkungan kampus sendiri. Kami pikir kita memang sudah saatnya membuat gerakan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar ini demi putusnya mata rantai hoaks jelang pesta demokrasi tahun 2024 mendatang.

Kita harus menjadi komando yang menularkan hal yang baik dengan cara nalar yang baik pula. Melalui sekolah Kebangsaan Tular Nalar hari ini mudah-mudahan bisa membawa generasi emas ini ke suatu hal baharu yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. (*)