Aceh Women’s for Peace Foundation (AWPF) or Yayasan Perempuan Aceh untuk Perdamaian, is a Civil Society Organization in Aceh that has a concern issue in encouraging the Enforcement of Women’s Rights and Building Peace.
Executive Director
Bener Meriah – Puluhan Pemuda mengikuti acara pelatihan hak reproduksi remaja di Mah Perilungi Homestay. Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Pada Tanggal 29 Desember 2024 Kegiatan pelatihan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi dan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.
Kegiatan dilaksanakan di QSNCC Bangkok. Kegiatan ini bertujuan membawa isu dan suara perempuan dan kelompok rentan lainnya ke ruang advokasi, membangun atau memperkuat keterampilan, pemahaman dan analisis agar lebih mampu berkontribusi pada perubahan feminis dan sosial,serta terhubung dengan jaringan yang berkontribusi pada Hak Asasi Manusia.
Pertemuan berlangsung pada bulan februari 2020 di Jakarta. Kegiatan bertujuan untuk bersilaturrahmi dan membangun jaringan dengan kedutaan besar.
Gerakan perempuan Aceh mengelar kegiatan sepeda santai dalam rangka peringatan hari perempuan internasional di Blang Padang Banda Aceh.
Jakarta, 8 Mei 2025 – ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (ASEAN-IPR) sukses menyelenggarakan Simposium Regional bertema Women in Peace Processes pada tanggal 5–8 Mei 2025 di Jakarta. Kegiatan ini mempertemukan para pakar, praktisi, akademisi, dan perwakilan pemerintah dari negara-negara anggota ASEAN untuk memperkuat peran perempuan dalam proses perdamaian di kawasan.
Simposium ini menjadi wadah dialog dan pertukaran pengetahuan tentang keterlibatan perempuan dalam resolusi konflik, mediasi, dan pembangunan pascakonflik. Berbagai sesi panel dan diskusi interaktif menyoroti tantangan struktural yang dihadapi perempuan, serta strategi konkret untuk meningkatkan partisipasi bermakna mereka dalam agenda perdamaian.
Direktur Eksekutif ASEAN-IPR, dalam sambutannya menyatakan bahwa keterlibatan perempuan bukan hanya penting dari sisi keadilan gender, tetapi juga telah terbukti meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan perdamaian.
Acara simposium ini juga menjadi bagian dari komitmen ASEAN untuk mendorong implementasi Agenda Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan (Women, Peace, and Security/WPS) di tingkat regional.
Setelah rangkaian simposium, kegiatan dilanjutkan dengan program Capacity Building pada 7- 8 Mei 2025 yang difokuskan pada penguatan kapasitas para peserta, khususnya perempuan pemimpin komunitas dan organisasi masyarakat sipil. Program ini mencakup pelatihan mediasi konflik, negosiasi, dan advokasi kebijakan berbasis gender, yang bertujuan untuk memperkuat keterampilan praktis dalam mendukung perdamaian yang inklusif dan berkelanjutan di negara masing-masing.
Kegiatan ini menandai langkah penting ASEAN dalam memperkuat komitmennya terhadap perdamaian yang adil dan setara gender di kawasan Asia Tenggara.
Jakarta, 6 Mei 2025 – Institute for Peace and Reconciliation (ASEAN-IPR) dengan dukungan Kementerian Luar Negeri Norwegia melalui Norway-ASEAN Regional Integration Programme (NARIP), meluncurkan situs www.womeninpeace.asean-aipr.org. Situs ini sebagai basis data digital yang yang mendokumentasikan kontribusi perempuan penggerak perdamaian di tingkat akar rumput di kawasan ASEAN, sebagai upaya mengakui peran vital mereka dalam mewujudkan perdamaian berkelanjutan di kawasan. Peluncuran ini bertepatan dengan berlangsungnya Regional Symposium and Capacity Building bertajuk “Her Stories, Our Peace: Women’s Journey in ASEAN Peace Processes” yang diselenggarakan pada 5-8 Mei 2025 di Jakarta. Acara tersebut dihadiri lebih dari 30 peserta, termasuk anggota ASEAN Women for Peace Registry (AWPR) dan para aktor penggerak perdamaian dari seluruh kawasan ASEAN. Basis data digital ini merupakan komponen utama dari program “Women in Peace Processes” ASEAN-IPR. Ini bertujuan untuk menyoroti kisah-kisah inspiratif dari para perempuan penggerak perdamaian di akar rumput serta kontribusi mereka dalam memajukan Agenda Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan (Women, Peace and Security – WPS). Katalog digital ini mencerminkan beragam dinamika konflik, situasi keamanan, dan prioritas nasional yang ada di kawasan ASEAN. Database ini diharapkan dapat menjadi referensi berharga bagi para pembuat kebijakan, peneliti, dan akademisi yang berkecimpung dalam isu-isu terkait Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan. Situs tersebut kini dikelola dan dioperasikan di bawah situs utama ASEAN-IPR, yaitu www.asean-aipr.org.
Jakarta, 8 Mei 2025 — Irma Sari, perwakilan dari Aceh Women’s for Peace Foundation (AWPF), turut serta dalam Simposium ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (ASEAN IPR) yang membahas peran perempuan dalam proses perdamaian. Acara ini diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 5–8 Mei 2025 dan dihadiri oleh para perempuan pegiat perdamaian dari seluruh negara anggota ASEAN. Simposium yang berlangsung selama empat hari ini menjadi ajang penting bagi pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan strategi antarperempuan yang terlibat langsung dalam upaya rekonsiliasi dan pembangunan perdamaian di kawasan Asia Tenggara. Dengan mengusung tema “Empowering Women Peacebuilders for Sustainable Peace in ASEAN”, kegiatan ini menyoroti kontribusi signifikan perempuan dalam mendorong penyelesaian konflik dan memperkuat kohesi sosial. Dalam kesempatan tersebut, Irma Sari berbagi pengalaman tentang peran AWPF dalam mempromosikan perdamaian berbasis komunitas di Aceh pasca-konflik. Ia menekankan pentingnya pelibatan perempuan secara bermakna dalam setiap tahap proses perdamaian, mulai dari pencegahan konflik hingga rekonstruksi sosial. “Keterlibatan perempuan bukan hanya sebagai korban, tetapi sebagai agen perubahan adalah kunci bagi perdamaian yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Irma Sari dalam salah satu sesi diskusi panel. Keikutsertaan Irma Sari sekaligus memperkuat posisi Aceh sebagai salah satu wilayah yang memiliki pengalaman unik dalam membangun perdamaian pascakonflik, serta menjadi wadah bagi pengakuan kontribusi perempuan Aceh di kancah regional. Simposium ini juga menghasilkan sejumlah rekomendasi untuk memperkuat kebijakan dan kerangka kerja ASEAN dalam mendorong peran perempuan dalam perdamaian dan keamanan, yang akan dibawa ke forum-forum kebijakan tingkat tinggi ASEAN.
Medan, 15 Mei 2024 – Direktur Asia Women Peace Foundation (AWPF), Irma Sari, turut ambil bagian dalam kegiatan Resilience Dialogues yang membahas isu penyelundupan manusia di kawasan Asia Tenggara. Dialog ini diselenggarakan pada Rabu, 15 Mei 2024, di Hotel Four Points by Sheraton, Medan. Acara ini merupakan inisiatif bersama antara Yayasan Geutanyoe dan Resilience Fund, dan menghadirkan peserta dari berbagai wilayah di Indonesia seperti Aceh, Medan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jakarta, dan Kalimantan. Tidak hanya itu, perwakilan dari Malaysia juga turut hadir dalam forum ini. Resilience Dialogues bertujuan untuk memperkuat pemahaman bersama, membangun jaringan kerja lintas wilayah, serta menggali strategi efektif dalam mencegah dan menangani praktik penyelundupan manusia yang kian kompleks. Dalam kesempatan tersebut, Irma Sari menyampaikan pentingnya pendekatan berbasis komunitas serta perlindungan yang menyeluruh bagi kelompok rentan, terutama perempuan dan anak-anak. “Isu penyelundupan manusia tidak bisa dipisahkan dari persoalan kemiskinan, konflik, dan kurangnya akses terhadap perlindungan hukum. Kolaborasi lintas sektor dan negara menjadi kunci dalam memerangi kejahatan ini,” ujar Irma Sari dalam salah satu sesi diskusi. Kegiatan ini juga menjadi ruang refleksi dan pertukaran pengalaman antarorganisasi masyarakat sipil, akademisi, dan praktisi kemanusiaan yang telah lama bergiat di isu migrasi dan perdagangan manusia. Dialog ini diharapkan menghasilkan rekomendasi kebijakan serta inisiatif lapangan yang berdampak nyata di tingkat akar rumput.
Bener Meriah, 15 Juni 2025 – Dalam upaya memperkuat semangat kewirausahaan perempuan di tingkat komunitas, Aceh Women’s for Peace Foundation (AWPF) menyelenggarakan sebuah diskusi partisipatif pada Minggu, 15 Juni 2025, bertempat di Kabupaten Bener Meriah. Kegiatan ini difasilitasi langsung oleh Ibu Irma Sari, Direktur AWPF, yang juga aktif mendorong penguatan kapasitas perempuan akar rumput dalam pengembangan usaha berbasis komunitas. Diskusi ini dirancang untuk: Mengidentifikasi kendala dan hambatan yang dihadapi kelompok usaha perempuan dalam mengembangkan kegiatan usahanya. Menemukan solusi pemecahan masalah secara partisipatif yang dapat diterapkan oleh kelompok. Membangun konsolidasi dan solidaritas antar sesama perempuan dalam memperkuat jejaring dukungan kewirausahaan berbasis komunitas. Ibu Irma Sari dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya ruang refleksi, tetapi juga ruang konsolidasi antarperempuan untuk bersama-sama menghadapi tantangan ekonomi. “Kita ingin perempuan bukan hanya bertahan dalam situasi sulit, tetapi mampu bertumbuh bersama, saling mendukung, dan membangun jejaring usaha yang saling menguatkan,” ujarnya. Melalui proses diskusi yang terbuka, para peserta diharapkan memperoleh pemahaman bersama mengenai faktor penyebab terhambatnya pengembangan usaha yang mereka kelola. Selain itu, mereka juga menyepakati solusi konkret yang dapat diterapkan dalam aktivitas kelompok, sehingga usaha dapat berjalan kembali secara berkelanjutan. Kegiatan ini juga menumbuhkan semangat solidaritas antar kelompok, mendorong lahirnya inisiatif baru untuk pengembangan usaha yang lebih inklusif, serta melibatkan lebih banyak perempuan dari lingkungan komunitas. Diskusi ini menjadi salah satu bentuk nyata komitmen AWPF dalam mendorong pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pendekatan kolektif dan partisipatif, terutama di wilayah-wilayah pascakonflik seperti Bener Meriah.
#PerempuanBerdaya #UsahaKomunitas #SolidaritasPerempuan #BenerMeriah #AWPF
Bener Meriah, 13 Juni 2025 – Puluhan perempuan dari berbagai komunitas di Kabupaten Bener Meriah mengikuti Pertemuan Antar Kelompok Perempuan Komunitas yang diselenggarakan oleh Aceh Women’s for Peace Foundation (AWPF), Jumat (13/6). Kegiatan ini menjadi ruang penting bagi para perempuan untuk saling belajar, memperkuat solidaritas, serta merumuskan solusi kolektif atas tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan komunitas dan pembangunan lokal. Acara berlangsung dari pukul 09.00 hingga 16.30 WIB dan dikemas dalam bentuk diskusi terarah atau Focus Group Discussion (FGD). Moderator kegiatan ini adalah Ibu Irma Sari, S.H.I, yang juga merupakan Direktur Aceh Women’s for Peace Foundation (AWPF). Dalam forum ini, seluruh peserta didorong untuk menjadi narasumber aktif, berbagi pengetahuan, pengalaman, dan inspirasi dari komunitas masing-masing. Kolaborasi dan Pembelajaran Kolektif
Kegiatan ini memiliki tiga tujuan utama: Menggali informasi mengenai perkembangan peran perempuan dalam pendampingan, partisipasi mereka dalam pemerintahan gampong, serta pengelolaan usaha kelompok. Mendorong kerja sama antaranggota kelompok dalam mencari solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi. Membangun ruang pembelajaran dan pertukaran pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata perempuan di komunitas. Menurut Irma Sari, pertemuan ini bukan hanya menjadi sarana evaluasi dan berbagi cerita, tetapi juga wadah membangun jaringan kekuatan perempuan dari akar rumput. “Kami percaya, perempuan memiliki kekuatan luar biasa dalam menciptakan perubahan di komunitasnya. Pertemuan ini menjadi langkah penting untuk saling mendukung dan tumbuh bersama,” ungkap Irma Sari. Membangun Gerakan Perempuan Komunitas yang Berdaya
Diskusi berjalan dinamis dengan berbagai topik yang dibahas, mulai dari hambatan dalam pengembangan usaha kelompok, tantangan partisipasi dalam musyawarah gampong, hingga pentingnya penguatan kapasitas manajerial dan kepemimpinan perempuan di tingkat lokal. Salah satu peserta dari Kecamatan Timang Gajah menyampaikan antusiasmenya, “Kami jadi tahu bahwa masalah kami ternyata juga dialami kelompok lain, dan melalui forum ini, kami mendapatkan banyak ide dan semangat baru untuk melanjutkan kerja-kerja kelompok kami.” AWPF berharap, pertemuan ini tidak hanya berhenti sebagai forum diskusi, tetapi menjadi awal dari penguatan kolaborasi antar kelompok perempuan lintas komunitas. Dengan berbasis pada nilai solidaritas, pembelajaran, dan keberdayaan, AWPF terus berkomitmen mendorong terciptanya ruang aman, setara, dan adil bagi perempuan di Aceh, terutama di wilayah pascakonflik.